Selasa, 24 September 2013

Rinjani 3726mdpl

Ini cerita perjalanan agustus 2013 kemarin, pas gua bareng sama anak anak dari BPI (Backpackerindonesia) ke Gunung Rinjani. Sebenernya bisa dikatakan udah lama gua suka ikut kegiatan pendakian gitu mulai 2005 sama temen Pencinta Alam di SMA, cuman pas lulus sekolah semua mulai sibuk ada yang kerja dan seneng senengnya sama kuliah akhirnya kita engga pernah lanjutin kegiatan yang mengasyikan ini lagi. Sampe akhirnya gua putuskan untuk sementara keluar dari zona hitam perkulihan, gua mau kasih reward sama diri gua buat bersenang senang dan bercapek capek diluar kampus. dan tujuannya adalah Rinjani, gunung tertinggi ke2 di Indonesia. wew!!!

Gua sadar betul sudah lama engga mendaki, akhirnya sebagai pemanasan bulan julinya gua naek ke Gunung
Salak puncak 1 bersama dua temen kampus yang gokil dengan mengasilkan pelajaran baru yang super bersama mereka. oke pemanasan udah, tinggal siapin perlengkapan yang tinggal dua buah nesting yg tersisah karena keril, tenda dan kompor telah raib pas di bawa abang gua ke Ciremai, kata dia tasnya hilang dipake temennya, dan yang lebih parah lagi hilangnya sama orang orangnya di Ciremai, mantap!

Pinjam alat disana pinjam alat disini, ngelobi uang disana ngelobi uang disini akhirnya lengkap kecuali sleeping bag. yaudeh lah packing aja dulu seada-adanya gua masukin ke tas yang cuma 40+5 Liter. tiket juga udah beres dari Ps.Senen-Lempuyangan-banyuwangi. tinggal cus aja dan ga lupa upload foto keril ke path biar macho! hahaha

Selasa 13 agustus, kereta Progo jalan jam 10 malam gua udah tiba di stasiun senen jam 20.30. ketemu banyak pendaki pendaki lengan lemari es dua pintu di pundak mereka. saling sapa saling sok kenal biar di kata like a pro gitu hehehe. karena kereta jalan malam jadi lumayan ga kerasa sampe Jogja jam 7.45 pagi, langsung pindah ke kereta Sri Tanjung yang udah ngetem di sana yang akan segera berangkat jam 8.30. gua seneng bangat pas tahu ternyata letak bangku gua tepat bersama orang orang Bpi yang udah janjian jauh jauh hari, dan ditambah berkumpulnya temen temen yg dari surabaya bikin ga bosen di Kereta bisa maen kartu dan ngobrol ngobrol sambil saling menghina satu sama lain hahaha.

Ditengah perjalanan kira kira beberapa stasiun lagi sampai di banyuwangi salah seorang anggota kami harus kembali ke rumah karena ada berita duka dan segera turun di stasiun terdekat untuk kembali pulang untuk tidak melanjutkan perjalanan bersama kami, lalu dia memberikan sebagian persediaan logistiknya untuk perjalanan kami.

Tengah malam kami tiba di banyuwangi dan berkumpul di sebuah indomart untuk melengkapi persediaan yang kurang lengkap sekalian mengumpulkan rekan rekan dari wilayah lain sebelum langsung melanjutkan penyebrangan ke Bali. di kursi atap Ferry kami lebih saling mengenal dan selalu bercanda sampai kira kira 1jam kami tiba di Gili Manuk, Bali. dan lanjut ke Padang Bai dengan Bis yang penuh sesak tapi tidak sampai membunuh kami.

Kamis 15 Agustus, siang siang bolong kami tiba di Lembar Lombok setelah menyebrang dengan Ferry dari Padang Bai dan bertambah tiga orang dari Denpasar dan Lombok, setelah bernegosiasi yang cukup rumit ke Sembalun akhirnya kami melanjutkan perjalanan. ini adalah angkutan terakhir sebelum kami mulai mendaki dari desa Sembalun.

Hari mulai malam kami masih di angkutan pickup terbuka melewati pegunungan yang luar biasa mantap! dan dinginnya juga engga kalah mantap ditambah tiupan angin pas mobilnya jalan kencang, seger! tapi lumayan tertutupi sama candaan pas melihat situasi desa disana yang selalu jadi bahan candaan mulai dari nama sekolah, pakaian yang mereka pakai, sampai orang tua yang sedang berjalan sendiri pun bisa jadi bahan candaan.

Tengah malem kita tiba di pos dan bayar simaksi untuk perijinan pendakian besok pagi, malam itu kami memutuskan untuk istirahat di sebuah rumah hangat sebelum besok memulai pendakian, malam itu semua sibuk mengatur selimut, bantal dan berbagi tugas mulai dari merapihkan posisi tumpukan keril, merundingkan rencana perjalanan besok, pengecek persediaan dan ada juga yang langsung tepar tak kuat melawan hangatnya selimut selimut tebal dan bantal bantal manja yang menggoda. tidak lupa juga kami segera menyita colokan colokan yang nganggur untuk mengisi batere handphone dan kamera karena kami sadar inilah listrik terakhir yang kami temui sampai kami turun gunung nanti.

Jumat 16 Agustus, kami semua total 15 orang siap memulai pendakian, sedangkan 4 orang lain kami putuskan untuk turun ke pasar untuk membeli bahan makanan dan hal lain yang harus di lengkapi sebelum menyusul kami di pos 3.

Perjalanan di mulai dengan tempo normal lumayan gesit, sampai kami menjumpai padang rumput yang luas dan indah di depan mata, sambil berjalan beberapa kali kami berhenti bukan hanya karena mengambil waktu istirahat tapi juga mengambil momen momen indah bersama kamera kami masing masing hehehe. perjalanan yang jauh dan matahari tepat diatas kami membuat kami haus sehingga persedian air pun mulai terancam. untung saya membawa jerigen air 5L jadi kami memiliki stok air yang cukup sampai menemui mata air berikutnya.

Di Perjalanan kami banyak berjuma dengan para turis asing dengan langkah panjangnya bersama para porter yang mengangkat barang bawaan mereka, luar biasanya saya tidak pernah melihat para porter itu beristirahat terlebih dahulu dari pada para turis asingnya yang hanya bawa daypack sedangkan para poter membawa beban yang sangat berat. semakin lama perjalanan semakin mulai renggang jarak kelompok kami, ini hal yang wajar dalam pendakian dan bukan berarti itu tanda tidak kebersamaan. karena kami akan bertemu pada titik temu bersama juga pada akhirnya.


sampai di Pos 2 kami putuskan untuk beristirahat sambil menunggu 4 rekan kami yang dibelakang tadi, banyak juga para pendaki yang hendak naik dan turun beristirahat di sini karena ada sumber mata air disini. di pos ini kami mulai memasak makanan karena dari tadi pagi kami belum sarapan, tapi sayang semangat kami untuk makan tidak seimbang dengan makanannya, tapi kami beruntung diberikan makan oleh porter yang seharusnya untuk para turis asing, katanya turisnya udah pada kenyang abis nyemil nyemilin makanan ringan, buat kami semua ini pertama kalinya bisa makan ayam di gunung, dan masakan paling enak yang pernah kami makan di gunung. luar biasa para porter! lombok i love you lah.... hahaha

Lanjut kami ke pos 3 dengan sedikit lebih gagah karena udah makan, di post 3 kami tiba sore hari sekitar jam 5.30 dan engga mau kelewatan buat foto sunset yang emang bener bener keren bgt warnanya. disini kita bikin dirikan tenda karena besok pagi baru lanjut jalan lagi, semua berbagi tugas mulai bantu bantu dirikan tenda, masak masak, nyari kayu, ngambil air, sampe foto foto juga termasuk tugas yang sangat mulia.
Sabtu 17 Agustus, jam 9 pagi semua bangun siapin makanan lagi dan lagi, packing dan makan bareng dan foto bareng wey! sebelum lanjut ke Plawangan Sembalun. perjalanan dari sini ke Plawangan sembalum menurut gua adalah perjalanan yang bener bener paling berat, paling bosen naek bukit, sampe teory 10/10 terjadi (sepuluh kali melangkah, sepuluh detik berhenti). Abu yang tebel apalagi pas ada pendaki turun dan kebetulan lagi ada acara marathon dari 20 negara, kalo lewat abunya Joss bangat brew!!!

Setelah berjibaku (ngambil kata dari komentator liga indonesia) akhirnya sampe di Plawangan Sembalun tepat sore hari menjelang Sunset... disini kebayar semua cape cape dari kemaren, disini pecah bangat pemandangannya, apalagi pas sunset cahayanya ngebias di danau Segara Anak bener bener ngeliat langsung itu rasanya puas sekaleeee! Disini kita dirikan tenda, lagi lagi masak dan bikin api untuk menghangatkan tubuh, lalu tidur lebih awal karena jam 01.30 kami harus bangun untuk summit attack!.

Minggu 18 Agustus, jam 2 pagi kami semua siap dan berhasil mengajak satu rekan yang sempet menolak untuk melanjutkan, tapi dengan tipu daya dan bujukan maut akhirnya dia berhasil keluar tenda. awal perjalanan dimulai dengan semangat dan terlalu sering melihat ke arah puncak mungkin ga sabar mau tidur disana kali ya, karena kondisi ngantuk juga tidur cuma sebentar.

Perjalanan Summit Attack emang paling mantep medannya, dari tiga langkah kaki kemungkinan besar satu langkah sia sia karena merosot lagi. ditengah jalan mulai ditemu orang orang yang nyerah sama ngantuk. emang ngantuk bangat sih tapi kalo diem malah tambah dingin jadi Serba Salah(1st album Raisa), disini lagi lagi Bule bule dengan langkah panjangnya berhasil lebih cepat dari orang lokal, mungkin dipengaruhi faktor supply makanannya juga kali yang bikin mereka lebih strong!

Target sampe Puncak jam 6.30 pas Sunset, tapi gua gagal ngejar sunset di Puncak akhirnya gua putuskan untuk menikmati Sunset dulu di track yang hampir tegak lurus didepan gua, sambil nahan kaki biar kaga merosot kebawah dan menahan dingin yang bener bener kacau dinginnya kira kira 7derajat yang bikin tangan gemeteran akhirnya gua berhasil mengabadikan indahnya Indonesia.... sadiss!

Jam 8 Pagi gua akhirnya bersatu dengan kumpulan orang orang hebat yang sudah lebih dahulu tiba di puncak, diberi salam selamat adalah hal paling indah pas sampe puncak. bangga bangat sama diri sendiri dan inget pepatah naik gunung bukan untuk menaklukan gunung tapi menaklukan diri sendiri... Yes! disini kita saling memberi selamat juga ke orang yang baru tiba, masih juga tetep bercanda, dan engga lupa buat upacara di daratan tertinggi Indonesia. Tapi anehnya pas dipuncak kita lupa kalo kita ngantuk.

"Perbedaan daerah, ras, suku, bahasa, dan agama telah gagal memecahkan barisan kami, dan bukan dengan kuat serta kegagahan kami telah menginjakan kaki ke puncak ini, tetapi mental yang jauh lebih keras telah membangunkan semangat kami untuk melihat begitu indahnya Tanah Air Beta"